Senin, 22 Maret 2010

Benchmarking

Pryor and Katz (1993) dalam Yasin (2002) menyatakan bahwa Benchmarking merupakan suatu proses untuk mengukur kinerja terhadap perusahaan yang terbaik dalam kelasnya, kemudian menggunakan analisis untuk memenuhi dan melebihi perusahaan tersebut. Menurut Partovi (1994) benchmarking adalah pencarian praktek terbaik industri yang mengarah kepada kinerja yang sangat baik apabila praktek-praktek tersebut diterapkan. Allan (1997) dalam Elmuti dan Yunus (1997) mendefinisikan benchmarking sebagai proses identifikasi dan pembelajaran dari praktek terbaik dimanapun di dunia. Selanjutnya Allan juga menyatakan bahwa benchmarking adalah proses dimana perusahaan-perusahaan mencari hal-hal terbaik di dalam industri, dan mencoba meniru cara dan proses mereka. Hal ini membantu organisasi untuk menentukan hal-hal apa saja yang harus mereka lakukan dengan lebih baik lagi. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa esensi dari benchmarking adalah proses pengidentifikasian standar terbaik dari produk, jasa atau proses, dan melakukan perbaikan yang dibutuhkan untuk mencapai standar tersebut, yang disebut “best practices”. Benchmarking dapat dipergunakan dalam berbagai industri, baik jasa dan manufaktur. Perusahaan-perusahaan melakukan benchmarking karena berbagai alasan. Alasan bisa umum, seperti peningkatan produktivitas atau bisa spesifik, seperti peningkatan desain tertentu. (Muschter, 1997 dalam Elmuti dan Yunus,1997). Alasan-alasan yang digunakan pada dasarnya merupakan upaya organisasi dalam rangka perbaikan kinerja. Berdasarkan hal tersebut, maka metode Benchmarking dapat digunakan untuk melakukan analisis perbaikan kinerja.
Aplikasi Benchmarking dalam perbaikan kinerja telah banyak dilakukan. Di mulai pada akhir 1970 oleh Xerox Corporation yang memutuskan untuk membandingkan operasional perusahaannya dengan L.L. Bean yang memiliki produk yang berbeda namun memiliki karakteristik fisik yang sama (Tucker et. al. (1987) dalam Elmuti dan Yunus (1997)). Oleh karena itu, pengelompokan organisasi yang memiliki karakteristik yang serupa perlu dilakukan sebelum proses benchmarking. Pengelompokan organisasi yang memiliki karakteristik yang serupa dapat dilakukan dengan menggunakan metode clustering. Salah satu metode clustering adalah Fuzzy subtractive clustering. Metode tersebut menggunakan algoritma yang tidak terawasi untuk menentukan cluster yang belum diketahui berapa jumlah cluster yang akan dibentuk (Kusumadewi dan Hari, 2004). Hasil yang dicapai melalui penerapan best practices dari L.L. Bean adalah peningkatan efisiensi dan produktivitas (Tucker et. al., 1987 dalam Yasin, 2002). Setelah menemukan kualitas standar bagi kebutuhan Xerox sendiri, Xerox mengawali tren terbesar dalam dunia bisnis dewasa ini (McNair and Leibfried,1992 dalam Elmuti dan Yunus,1997 ). Perkembangan konsep benchmarking dapat diklasifikasikan ke dalam lima generasi (Ma’arif dan Hendri ,2003) yaitu 1) reverse engineering; 2) competitive benchmarking; 3) Process benchmarking; 4) Strategic benchmarking; dan 5) Global benchmarking. Organisasi atau perusahaan yang berbeda memiliki metoda benchmarking sendiri, namun apapun metode yang digunakan, langkah-langkah utamanya adalah sebagai berikut : 1) pengukuran kinerja dari varibel-variabel kinerja best-in-class relatif terhadap kinerja kritikal, seperti biaya, produktivitas, dan kualitas; 2) penentuan bagaimana tingkat-tingkat kinerja dicapai; dan 3) penggunaan informasi untuk pengembangan dan implementasi dari rencana peningkatan (Omachonu dan Ross, 1994 dalam Elmuti dan Yunus,1997).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar