Senin, 22 Maret 2010

Perbaikan Kinerja Organisasi

Kinerja merupakan kunci bagi organisasi untuk keluar dari krisis yang dihadapi. Perubahan lingkungan organisasi yang dinamis dan kompleks menyebabkan seluruh organisasi yang bergerak disektor bisnis maupun sektor publik harus meninjau ulang cara pandang dan perilaku dalam mencapai kinerja yang lebih baik. Sink dan Thomas (1989) menyatakan bahwa kinerja organisasi merupakan suatu fungsi hubungan timbal balik yang kompleks antara tujuh kriteria yaitu 1) Efektivitas, 2) Efisiensi, 3) Kualitas, 4) Produktivitas, 5) Kualitas dari kehidupan kerja, 6) Inovasi, dan 7) Profitabilitas. Menurut laporan hasil survey Ernst & Young dalam Harrington (1995) tentang studi daya saing organisasi di Amerika Serikat berdasarkan faktor-faktor posisi pasar, organisasi-organisasi yang berdaya saing tinggi adalah yang mempunyai 1) kualitas yang relatif lebih baik, 2) biaya yang relatif lebih rendah, 3) harga yang relatif lebih tinggi dikombinasikan dengan penurunan biaya, dan 4) pangsa pasar yang relatif lebih besar. Meskipun organisasi berbeda satu sama lain, namun organisasi yang berbeda juga serupa dalam beberapa hal. Organisasi dari berbagai jenis ( besar maupun kecil, profit maupun non-profit, dll), pada umumnya mempunyai permasalahan dan tantangan serta peluang yang menyebabkan perbaikan kinerja organisasi menjadi penting untuk dilakukan.
Perbaikan kinerja didefinisikan oleh LaBonte (2001) sebagai proses yang digunakan secara sistematis untuk mengidentifikasi gap kinerja, meneliti sebab utama, memilih dan merancang tindakan, mengukur hasil, dan memperbaiki kinerja secara berkesinambungan. Beberapa faktor yang mendorong prakarsa perbaikan kinerja menurut Enos (2000) yaitu 1) kompetisi , menghadapi kompetisi yang keras di seluruh dunia maka perbaikan kinerja adalah suatu persyaratan untuk tetap eksis, 2) meningkatnya pengetahuan dan permintaan pelanggan juga pengarah pada kebutuhan untuk perbaikan kinerja pada organisasi, 3) perubahan teknologi yang cepat, sering menyebabkan organisasi merasakan kebutuhan yang mendorong pada perbaikan kinerja, dan 4) meningkatnya ketersediaan pengetahuan, yang meliputi informasi tentang pelanggan atau pasar dan ceruk pasar, kompetisi, atau pengetahuan tentang para pemasok atau teknologi yang baru, sering menghasilkan suatu pendorong yang kuat untuk mempelajari pengetahuan ini dan mengintegrasikannya ke dalam kinerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar